Pelabuhan berfungsi sebagai moda transportasi baik barang ataupun penumpang untuk transfer interface antar kapal pengangkut dengan moda transportasi lainnya.Pelabuhan juga sebagai tempat penyimpanan sementara baik ditempat penumpukan atau di gudang dan menangani semua data yang terkait dengan status barang yang berkegiatan yang diperlukan oleh pihak yang terkait didalamnya.Dalam kegiatan dipelabuhan terdapat kegiatan yang meliputi Pelayanan Jasa Kapal, Pelayanan Jasa Barang dan Pelayanan Jasa rupa-rupa ( Jasa Kepelabuhanan lainnya).Pelayanan Jasa Kapal meliputi Pelayanan Jasa Pemanduan, Pelayanan Jasa Penundaan, Jasa Pelayanan Labuh, Jasa Pelayanan Tambat, Pelayanan Jasa Kepil (Kepil Area Darat, Kepil Area Laut). Pelayanan Jasa Barang meliputi Pelayanan Jasa Bongkar/Muat (Dermaga), Pelayanan Jasa Chassis, Pelayanan Jasa Penumpukan gudang, Penumpukan Lapangan terbuka dan Delivery/Receiving (Trucking, Lift On/Lift Of). Jasa Pelayanan Kepelabuhanan lainnya atau Jasa Pelayanan rupa-rupa meliputi Jasa Sewa Gudang, Jasa Sewa Alat, Jasa Sewa Ruang , Jasa Kebutuhan Air, Jasa Kebutuhan Listrik, Jasa Sampah, Jasa Sewa Bangunan, Jasa Pass Pelabuhan (Pass Orang,Alat dan Kendaraan), Jasa Iklan dan Promosi.
Pelabuhan Batam keberadaannya
sudah cukup lama sekitar tahun 1970, berawal berfungsi sebagai pendukung
logistic dan operasional Pertamina, Kemudian pada tahun 1973 beralih
Pengelolaanya kepada Otorita Batam atau yang sekarang dikenal dengan Badan
Pengusahaan Batam (BP Batam). Pelabuhan Batam sendiri dari segi fungsi
pengelolaanya tidak bertujuan komersial profit ( Mencari Keuntungan dari
Pengelolaan Pelabuhan) / Pelabuhan yang diusahakan tetapi sebagai Pelabuhan
yang tidak diusahakan yang berfungsi sebagai pelabuhan pendukung bagi Industri –industri
di Kawasan Industri Batam. Pelabuhan Batam berubah fungsi menjadi Pelabuhan
yang diusahakan sekitar tahun 2019 dengan Sistem BLU Badan Pengelola Pelabuhan
Batam, dan pada tahun 2020 menjadi BLU Strategis Bisnis Unit Badan Usaha
Pelabuhan Batam.
Sebagai Pelabuhan yang baru lahir
sebagai Badan Layanan Umum SBU yang bertujuan memberi Pelayanan tidak
semata-mata mencari keuntungan asal tidak rugi menunju Pengelolaan Pelabuhan yang
Komersial Profit Oriented tentunya banyak hal yang harus dibenahi, untuk
restorasi menuju pengelolaan pelabuhan modrn tentunya perlu dukungan dan
sinergitas semua pihak terkait.
Permasalahan Permasalahan
Pelabuhan Batam menurut pandangan penulis sebagai berikut:
- Kapal di Batam Kebanyakan hanya kapal kecil yang berfungsi sebagai kapal pengumpan dan pengumpul Barang general kargo dan Kontainer yang dibawa ke singapura yang dalam bentuk Tonase/Kubikasi atau Box Kontainer sangat sedikit muatanya yang berupa Kapal Kayu, Kapal TB/Tongkang dan LCT dengan Gross Tone kecil.
- Pelabuhan di Batam memiliki Dermaga tambat yang panjang tetapi tidak memiliki tempat Penumpukan lapangan terbuka yang luas yang menyebabkan proses bongkar muat lambat karena timbulnya truck losing.
- Alat –Alat Kerja B/M Produktivitasnya kurang maksimal untuk penunjang Pelabuhan Modrn.
- Kedalaman Kolam Bandar Kurang Memadai untuk Kapal-Kapal dengan Bobot dan Muatan yang banyak dan Besar.
- Budaya Kerja yang belum mengupgrade Budaya dan Pola Kerja Tata Kelola Pelabuhan Modrn.
- Sistem Informasi Pelabuhan (Terminal Operator Sistem) belum setara dengan Tata Kelola Pelabuhan Modrn.
- Tidak Banyak tersedianya Kantong-Kantong Pendukung Penumpukan baik Lahan terbuka dan Gudang diluar Pelabuhan sebagai Pendukung Pelabuhan untuk Penumpukan Kontainer dan General Kargo.
- Banyaknya Unsur yang terlibat dalam Proses pelayanan ( Owner, Feeder Cargo, EMKL, PBM, PPJK,TKBM,Agen)
- Tidak adanya PBM dan EMKL terseleksi Perusahaan apapun bisa berusaha di Pelabuhan asal Persyaratanya terpenuhi.
Pembahasan :
Dari permasalahan –permasalahan diatas
menyebabkan biaya logistik dari dan ke Batam jadi lebih mahal dibandingkan
kekota lain dengan jarak tempuh sama atau lebih jauh.Selain itu sistem logistik
di Batam tujuan Eksport bersifat Door to Door yang biayanya di Kendalikan
Feeder Cargo Owner dalam satu paket yang saat ini dikenakan lebih tinggi dari
daerah lainnya.
Hal tersebut tentunya juga
mempengaruhi BCH bongkar muat (Box Crane Per Jam ) /banyaknya Box Petikemas
yang dilakukan oleh satu buah crane dalam waktu 1(satu) jam serta mempengaruhi
BSH ( Box Ship Per Jam ) / banyaknya box yang dibongkar /muat ke/dari kapal
dalam satu jam.
Permasalahan diatas juga mempengaruhi
TRT (Turn Round Time) waktu yang
diperlukan kapal dalam melakukan proses bongkar/muat mulai dari saat datang
kepelabuhan hingga keluar pelabuhan jadi lama.
Solusi :
- Perlu adanya Kapal ukuran besar yang melayani kegiatan bongkar muat dari Batam ke Singapura dan daerah lain dengan konsekuensi jumlah muatan harus banyak dan tersedia agar biaya operasional terpenuhi.
- Memperluas lahan Penumpukan Terbuka dan Gudang Penumpukan tertutup di Pelabuhan
- Memodernisasi alat-alat Bongkar muat yang beroperasi di Pelabuhan
- Memperdalam dan memperluas Kolam Bandar
- Merubah budaya kerja dan Pola kerja menjadi tata kelola Pelabuhan Modrn.
- Pembaharuan Tekhnologi Informasi tata kelola Pelabuhan.
- Perbanyak Kantong –Kantong Pendukung Penumpukan di Luar pelabuhan
- Meyederhanakan unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan bongkar/muat
- Memulai dari satu /dua PBM terseleksi yang beroperasi sebagai percontohan.
Hal tersebut diatas merupakan beberapa
cara untuk menekan biaya logistik yang selama ini masih menjadi Issue negative bagi
kota Batam.melihat perkembangannya tindakan Pemerintah sangat serius untuk
mengatasi hal tersebut antara lain dengan dijadikan Pelabuhan Batam sebagai
Pilot Projek dalam Nasional Logistic Ekosistim dengan Batam logistic Ekosistimnya
yang didalamnya terdapat Auto Gate Sistem (AGS) dan B-SIMS ( Batam Seaport
Information Manajemen System). Serta diperluasnya Jalan yang terintegrasi Ke Pelabuhan. (Maskun)