Kamis, 06 Oktober 2016

Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan ( DLKr ) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ( DLKp ) Pelabuhan BP Batam

Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan ( DLKr ) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ( DLKp ) Pelabuhan BP Batam

Catatan oleh : Kun Sri Harto, SH. SE


Dalam dunia kepelabuhanan, dikenal istilah DLKr dan DLKp. DLKr merupakan singkatan dari Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan , sementara DLKp berarti Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
Di dalam Undang Undang nomer 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dijelaskan bahwa, Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sedangkan, Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr meliputi wilayah daratan dan perairan, sementara DLKp hanya meliputi wilayah perairan.
DLKr terbagi atas DLKr wilayah daratan dan DLKr wilayah perairan. DLKr daratan mencukup fasilitas pokok serta fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang dimaksud seperti di antaranya, dermaga, tentunya termasuk coast-way dan trestle yang menghubungkan dermaga dengan darata. Fasilitas lainnya berupa tempat penyimpanan barang, seperti gudang, lapangan penumpukan, terminal peti kemas serta terminal curah cair/kering. Termasuk pula fasilitas pokok adalah terminal penumpang, fasilitas penampungan limbah, fasilitas pengolahan limbah dan fasilitas pemadam kebakaran.
Fasilitas penunjang yang dimaksud termasuk kedalam DLKr wilayah daratan, seperti di antaranya, kawasan perkantoran, instalasi air bersih/listrik/telekomunikasi, jaringan jalan, jaringan air limbah/drainase, kawasan perdagangan serta kawasan industri.
Untuk DLKr wilayah perairan digunakan untuk kegiatan seperti, alur pelayaran dari dan menuju pelabuhan; perairan tempat kapal berlabuh; perairan tempat alih muat antar kapal (ship to ship transhipment); kolam pelabuhan untuk kapal bersandar, kolam pelabuhan untuk areal olah gerak kapal (kebutuhan areal untuk kapal berputar arah); perairan untuk kegiatan karantina serta perairan untuk kapal pemerintah.
Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan digunakan untuk kegiatan, seperti, keperluan keadaan darurat (seperti kapal terbakar atau kapal bocor); penempatan kapal mati; perairan untuk percobaan kapal berlayar; kegiatan pemanduan kapal serta fasilitas perbaikan/pembangunan/pemeliharaan kapal.
Di dalam Peraturan Pemerintah nomer 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan dijelaskan tentang tata cara penetapan DLKr dan DLKp. Dalam Pasal 32 disebutkan bahwa DLKr dan DLKP ditetapkan oleh,
  1. Menteri, untuk untuk DLKr/DLKp pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, atas rekomendasi dari gubernur serta bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah
  2. Gubernur, untuk DLKr/DLKp pelabuhan pengumpan regional, atas rekomendasi dari bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah
  3. Bupati/walikota, untuk untuk DLKr/DLKp pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau
Sebagaimana disampaikan di dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomer PM 51 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, berkenaan dengan DLKr/DLKp ini, penyelenggara pelabuhan mempunyai kewajiban di antaranya ; 
  • Memasang tanda batas, tanda batas di darat bisa berupa pagar, dan tanda batas di laut bisa berupa rambu-rambu navigasi
  • Melaksanakan pengamanan terhadap aset yang dimiliki
  • Menjamin ketertiban dan kelancaran operasional pelabuhan
  • Penyelenggara pelabuhan berkewajiban menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan yang ada di dalam DLKr/DKLp
  • Menginformasikan batas-batas DLKr/DLKp kepada pelaku kegiatan kepelabuhanan dengan pencantuman pada peta laut
  • Untuk wilayah perairan, penyelenggara pelabuhan wajib menyediakan dan memelihara SBNP (sarana bantu navigasi pelayaran)
  • Menyediakan dan memelihara kolam pelabuhan dan alur pelayaran. Hal ini terutama terkait dengan kedalaman perairan di kolam dan alur. Kedalaman perairan harus cukup aman untuk dilayari kapal yang ada di pelabuhan tersebut.
  • Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan daerah pantai. Penyelenggara pelabuhan memastikan tidak ada kegiatan lain yang dapat saling mengganggu dengan kegiatan kepelabuhanan.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan KM 77 Tahun 2009 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan  Batam yang terdiri dari Terminal  Kabil ,Terminal Sekupang, Terminal Batam Center dibutuhkan lahan darat seluas 100.05065 Ha dan Perairan Seluas 5592,8 Ha. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2006 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Kabil dibutuhkan lahan daratan seluas 1600.000 Ha dan Perairan Seluas 3067,9 Ha
Secara umum pengembangan seluruh pelabuhan yang ada di Batam dapat dirangkum sebagai berikut :

1.      Pelabuhan Sekupang

a.       Tank Cleaning
b.      General Cargo
c.       Penumpang Domestik dan International
d.      Penumpang International Waterfront di teluk senimba
e.       Ship Repair, Building dan Ship Yard di tanjung uncang
f.       Pelabuhan Ro-Ro ( International Singapore –Batam )

2.      Pelabuhan Batu Ampar
a.       Peti Kemas
b.      General Cargo
c.       Transhipment
d.      Penumpang International ( khusus )

3.      Pelabuhan Kabil
a.       Peti Kemas
b.      Curah Cair ( Oil, Gas dan CPO )
c.       Bulk ( Cement dan Coal )
d.      Penumpang Domestik ( Pelabuhan Telaga Punggur )
e.       Ro-Ro Domestik ( ASDP )

4.      Pelabuhan Nongsa
a.       Pelabuhan Nongsa ( Nongsa Point Marina )
b.      Pelabuhan International Batam Center
c.       Yacth Marina Nongsa